Tak acuhnya orangtua terhadap
kondisi gigi dan mulut si anak sejak kecil berdampak pada buruknya kondisi gigi si anak kelak: gigi
berlubang, gigi tongos, dan gigi yang tumbuh tidak rata. Oleh karena itu,
merawat dan menjaga gigi anak tetap sehat, wajib dilakukan oleh orangtua.
Data paling baru yang dirilis
oleh Oral Health Media Center yang berada di bawah naungan WHO pada 2012 menyebut,
ada 60-90 persen anak usia sekolah dan orang dewasa di seluruh dunia memiliki
permasalahan gigi. Hal yang sama terjadi di Indonesia. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyebut, hampir 90 persen anak Indonesia usia di
bawah 12 tahun mengalami karies gigi alias gigi berlubang. Sementara bagi
mereka yang di atas 12 tahun angkanya juga masih signifikan, hampir 50 persen.
Salah satu penyebab paling
potensial kerusakan gigi pada anak adalah bakteri yang muncul di mulut. Secara
teknis, bakteri-bakter tersebut bisa dibersihkan dengan menggosok gigi. Tapi
bagi anak-anak yang belum bisa menggosok gigi, tentu saja menjadi pekerjaan
rumah tersendiri. Di situlah peran orangtua diperlukan.
Orangtua harus membiasakan diri
merawat gigi si anak sedini mungkin, saat si anak masih berusia berusia 4-6
bulan. Perawatan dini ini bisa dimulai dengan membersihkan jaringan lunak pada
mulut si kecil, termasuk gusinya, lidahnya, dan palatum atau langit-langit
mulutnya. Perawatan lebih intensif akan diperlukan saat si kecil sudah mulai
mengonsumsi makanan pendamping ASI, terlebih ketika si kecil harus mengonsumsi
susu formula.
Biasanya, sisa susu formula yang
mengendap di lidah dan palatum anak berpotensi melahirkan jamur yang bisa
menyebabkan gigi karies. Tidak sulit untuk membersihkan lidah dan palatum si
anak, cukup dengan menggunakan kain kasa yang dibebatkan ke jari telunjuk. Jari
yang dibebat kain kasa tersebut lalu digunakan untuk membasuh lidah dan
langit-langit lidah perlahan-lahan, dengan gerakan berputar, dan sesekali
dengan gerakan memijat. Gerakan memijat juga berfungsi untuk melancarkan
peredaran darah serta merangsang erupsi gigi. Paling awal, gigi tumbuh ketika
si kecil berusia 6 bulan.
Orangtua secara tidak sadar juga
sering mencicipi makanan yang hendak disuapkan kepada si kecil. Kebiasaan ini
mempermudah terjadinya transmisi kuman dari mulut ibu ke mulut si kecil. Tidak
hanya orangtua, kebiasaan ini juga kerap dilakukan para pengasuh bayi.
Metode pembersihan memasuki fase
baru ketika si kecil mulai tumbuh gigi. Di fase ini, orangtua sudah bisa menggunakan
sikat gigi khusus anak. Sikat gigi, mula-mula bisa difungsikan sebagai mainan
si kecil. Kalau sudah mau menempelkan sikat gigi, baru dibiasakan aktivitas
sikat gigi.
Untuk pemilihan sikat gigi,
idealnya adalah yang bisa menjangkau dua hingga tiga gigi. Jangan terlalu
pendek, juga jangan terlalu panjang. Sementara untuk pasta gigi, yang paling
penting ada kandungan flour dan kalsium di dalamnya.
Penggunaan pasta gigi pada si kecil bisa dimulai ketika si anak sudah bisa
berkumur.